Rabu, 31 Desember 2025

Menjelang 2026, Pasar Rumah Bergerak Hati-Hati


  • Sabtu, 20 Desember 2025 | 13:30
  • | News
 Menjelang 2026, Pasar Rumah Bergerak Hati-Hati Ilustrasi - Vasaka Denpasar akan menjadi standar acuan baru untuk pasar properti di Bali. (benoanews.com)

JAKARTA, PROPERTI.ARAHKITA.COM - Menjelang 2026, pasar rumah di Indonesia tidak lagi bergerak serempak. Di tengah harga nasional yang stagnan dan suplai yang menyusut, sejumlah kota justru masih menunjukkan daya tahan—bahkan pertumbuhan—meski dalam ritme yang lebih hati-hati.

Berdasarkan Flash Report Rumah123.com edisi Desember 2025, dari 13 kota besar yang dipantau, hanya sebagian kecil yang mencatatkan kenaikan harga, baik secara bulanan maupun tahunan. Fakta ini mempertegas bahwa pasar properti saat ini semakin selektif dan tersegmentasi.

Bandung dan Jakarta: Masih Bergerak di Tengah Tekanan

Secara bulanan, Bandung mencatat kenaikan harga tertinggi sebesar 1,0%, disusul Jakarta sebesar 0,2%. Meski tidak besar, kenaikan ini menjadi sinyal penting bahwa permintaan di dua kota tersebut masih bertahan, terutama di area dengan akses, fasilitas, dan aktivitas ekonomi yang kuat.

Bandung tetap menarik bagi pencari hunian dan investor karena kombinasi pendidikan, pariwisata, serta kedekatannya dengan Jakarta. Sementara itu, Jakarta—sebagai pusat ekonomi nasional—menunjukkan ketahanan meski pasar bergerak konservatif.

Denpasar, Medan, dan Bekasi: Nafas Pertumbuhan Tahunan

Jika ditarik secara tahunan, Denpasar menjadi kota dengan pertumbuhan harga tertinggi, mencapai 3,4%, diikuti Medan 2,1% dan Bekasi 1,5%. Ketiganya menampilkan karakter pasar yang berbeda, namun sama-sama menunjukkan ketahanan di tengah perlambatan nasional.

Di Denpasar, sektor pariwisata yang tetap aktif serta minat terhadap properti hunian dan investasi jangka menengah menjaga permintaan tetap hidup. Medan memperlihatkan stabilitas pasar regional, sementara Bekasi justru menarik perhatian karena mampu bangkit di akhir 2025, ketika banyak kota lain melambat.

Pasar yang Semakin Selektif

Gambaran ini menegaskan satu hal: pasar rumah Indonesia kini tidak lagi digerakkan oleh tren nasional semata, melainkan oleh kekuatan lokal masing-masing kota. Faktor seperti basis ekonomi daerah, mobilitas penduduk, hingga perubahan gaya hidup menjadi penentu utama.

Bagi pembeli, kondisi ini mendorong sikap lebih rasional dan berhati-hati. Sementara bagi investor, kota-kota yang masih tumbuh di tengah tekanan justru menjadi indikator awal peluang jangka menengah menuju 2026.

Serial ini akan berlanjut dengan pembacaan hubungan antara inflasi dan harga rumah, serta bagaimana dinamika tersebut memengaruhi keputusan membeli dan berinvestasi di sektor hunian.

Editor : Patricia Aurelia

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

News Terbaru