Loading
Ilustrasi - Tragedi Kebakaran Apartemen Wang Fuk Court di Hong Kong. (Malanghits.com)
Oleh: Frumens da Gomez - Pegiat Properti Indonesia
BEBERAPA waktu terakhir, publik kembali dikejutkan oleh tragedi kebakaran apartemen di Hong Kong, tepatnya di Wang Fuk Court, Tai Po. Peristiwa ini bukan sekadar kabar duka, tetapi juga pengingat keras bahwa kelalaian dalam pengelolaan bangunan bisa berujung pada hilangnya ratusan nyawa—termasuk seorang Asisten Rumah Tangga asal Indonesia.
Tragedi serupa sejatinya bukan hal baru. Di berbagai belahan dunia, rumah susun dan apartemen berkali-kali menjadi saksi betapa mahalnya harga dari pengelolaan gedung yang abai. Masalahnya hampir selalu sama: kelalaian manusia. Entah itu pemilik, pengelola, penyewa, kontraktor, atau pihak lain yang terlibat dalam siklus hidup sebuah bangunan.
Gedung Bukan Sekadar Aset, tapi Amanah
Kegagalan memelihara bangunan gedung memang bisa menimpa siapa saja. Namun, risiko itu seharusnya dapat ditekan jika pengelolaan diserahkan kepada tenaga yang terlatih dan profesional. Bagi pemilik gedung, mempercayakan pengelolaan kepada pihak yang memiliki kompetensi bukanlah biaya tambahan, melainkan investasi keselamatan.
Dalam konteks ini, toleransi terhadap kelalaian seharusnya nol. Sejarah sudah memberi pelajaran pahit, salah satunya kebakaran Grenfell Tower di Inggris pada 2017. Gedung apartemen milik pemerintah tersebut terbakar hebat, menelan banyak korban jiwa, dan membuka mata dunia tentang pentingnya sistem keselamatan yang berfungsi optimal—mulai dari alarm kebakaran hingga prosedur evakuasi.
Jika korban jiwa sudah berjatuhan, penyesalan tak lagi memiliki makna. Semua peralatan teknis keselamatan harus selalu siap digunakan, bukan sekadar menjadi pelengkap dokumen audit.
Kota Modern Tak Otomatis Aman
Kota modern dengan deretan gedung tinggi tidak serta-merta menjamin keselamatan penghuninya. Tanpa pengelola yang terlatih dan bersertifikat, bangunan justru bisa berubah menjadi ancaman laten. Karena itu, pemilik, pengelola, dan penghuni perlu terus diingatkan akan pentingnya budaya keselamatan—memahami risiko, mengenali prosedur darurat, dan patuh pada standar teknis.
Di Indonesia, kepadatan rumah susun di kota-kota besar terus meningkat. Kondisi ini menuntut kesiapan yang jauh lebih serius. Musibah kebakaran di Gedung Cempaka Baru, Jakarta Pusat, yang juga menelan korban jiwa, menjadi alarm keras bahwa kita tidak boleh menunggu tragedi berikutnya untuk berbenah.
Saatnya Pengelolaan Profesional
Kabar baiknya, Indonesia telah memiliki ekosistem pelatihan untuk mencetak tenaga pengelola gedung yang profesional. Salah satunya melalui program rutin yang diselenggarakan oleh GMT Institute bekerja sama dengan Lembaga Sertifikasi Profesi Pengelola Properti Indonesia. Pelatihan dan sertifikasi ini menjadi langkah konkret untuk memastikan bangunan bertingkat dikelola oleh sumber daya manusia yang kompeten.
Pada akhirnya, memelihara dan menjaga aset bangunan gedung bukan semata urusan nilai ekonomi. Ia adalah soal tanggung jawab moral dan sosial. Keselamatan manusia harus selalu ditempatkan di atas segalanya—karena gedung yang baik bukan hanya yang megah, tetapi yang mampu melindungi setiap nyawa di dalamnya.