Loading
Ilustrasi Perumahan di Tangerang menjadi lokasi yang paling banyak dicari calon pembeli. (Net)
JAKARTA, PROPERTI.ARAHKITA.COM - Pasar properti Indonesia menutup tahun 2025 dengan sinyal yang cenderung defensif. Berdasarkan Flash Report Rumah123.com edisi Desember 2025, harga rumah nasional tercatat stagnan pada November 2025, tanpa kenaikan berarti dibandingkan bulan sebelumnya. Bahkan secara tahunan, harga rumah justru turun tipis 0,2% dibanding November 2024
Kondisi ini menandai fase perlambatan yang semakin terasa, setelah sepanjang 2025 pertumbuhan harga bergerak melambat dan akhirnya memasuki fase kontraksi di penghujung tahun. Dari 13 kota besar yang dipantau, hanya Bandung dan Jakarta yang masih mencatatkan kenaikan bulanan, sementara mayoritas kota lain bergerak datar.
Suplai Menurun, Pasar Tidak AgresifTak hanya dari sisi harga, tekanan juga terlihat pada ketersediaan rumah di pasar sekunder. Resale Supply Index (RSI) tercatat turun 0,3% secara bulanan, dan secara year-on-year suplai lebih rendah 8,6% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Penurunan suplai ini mengindikasikan perubahan perilaku pemilik properti. Di tengah ketidakpastian arah ekonomi dan harga yang belum menunjukkan tren naik, banyak pemilik memilih menahan aset ketimbang melepasnya ke pasar. Akibatnya, transaksi tidak bergerak agresif meskipun harga relatif stabil.
Baca juga:
Suplai Rumah Seken Turun 0,3% pada Oktober 2025, Pasar Sekunder Mengarah ke Kontraksi RinganInflasi Lebih Tinggi dari Pertumbuhan Harga Rumah
Dari sisi makroekonomi, inflasi pada November 2025 tercatat 2,72% secara tahunan, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan harga rumah yang justru terkontraksi. Artinya, secara riil, nilai properti mengalami tekanan jika dibandingkan dengan kenaikan harga barang dan jasa secara umum.
Sementara itu, Bank Indonesia mempertahankan suku bunga acuan di level 4,75%, setelah serangkaian penurunan sepanjang 2025. Kebijakan ini bertujuan mendorong pertumbuhan ekonomi, namun dampaknya ke sektor properti belum sepenuhnya terasa dalam jangka pendek.
Menunggu Arah Baru di 2026
Gabungan antara harga yang stagnan, suplai yang menurun, serta inflasi yang lebih tinggi menggambarkan pasar properti yang sedang berada pada fase wait and see. Pembeli lebih selektif, penjual lebih berhati-hati, dan pasar bergerak tanpa euforia.
Memasuki 2026, pasar properti diperkirakan masih akan mencari momentum baru. Faktor suku bunga, stabilitas ekonomi, serta perubahan preferensi konsumen akan menjadi penentu apakah pasar akan kembali bergairah atau tetap bergerak konservatif.
Serial ini akan berlanjut dengan pembacaan lebih spesifik pada kota-kota yang masih bertahan, perbandingan inflasi dan properti, serta peluang dan risiko investasi hunian ke depan.